KELOMPOK SOSIAL

KELOMPOK SOSIAL
Tangkil ke Besakih

Rabu, 28 September 2011

KELOMPOK SOSIAL

KELOMPOK SOSIAL DAN INTERAKSI SOSIAL

A. Kelompok Sosial
1.       Pengertian

Kelompok merupakan sekumpulan manusia yang berinteraksi antar anggotanya, mempunyai adat-istiadat tertentu, norma-norma berkesinambungan dan adanya rasa identitas yang sama serta mempunyai organisasi dan sistem pimpinan.
Pada kelompok, dasar organisasinya adalah organisasi adat, hubungan berdasarkan kekeluargaan, sifat kepemimpinan berdasarkan kewibawaan dan kharisma serta hubungannya berdasarkan atas perorangan.
Contoh :
-          Kelompok – kelompok yang terikat oleh hubungan keturunan atau kekerabatan suatu marga, misalnya masyarakat Batak.
-          Kelompok-kelompok yang terdiri sekawanan, anak remaja atau “ Geng”, sekelompok anak kapal, sekelompok tetangga yang sering bergaul, dsb.
-          Kelompok-kelompok lain termasuk dalam organisasi adat, misalnya : kepala adat di beberapa wilayah di Indonesia, misal Minangkabau, Kalimantan.

Unsur – unsur yang terdapat dalam Masyarakat :
a.       Kategori Sosial :
Kesatuan manusia yang terwujud karena adanya suatu ciri-ciri yang obyektif yang dikenakan kepada manusia-manusianya, seperti misalnya : seks, usia, pendapatan, dll.
Contoh :
Masyarakat suatu negara ditentukan melalui hukumnya bahwa ada katagori warga jenis kelamin laki-laki dan katagori warga jenis kelamin wanita, dengan maksud untuk membedakan penyakit-penyakit yang spesifik pada kedua jenis kelamin tersebut.
Kriteria Kategori :
1). Tidak ada interaksi antar anggota
2). Tidak ada ikatan moral bersama yang dimiliki
3). Tidak ada harapan-harapan peran.
b.      Golongan Sosial
Merupakan suatu kesatuan manusia yang ditandai oleh suatu ciri tertentu, bahkan sering kali ciri itu dikenakan kepada mereka dari pihak luar kalangan mereka sendiri. Walaupun demikian golongan sosial itu mempunyai ikatan identitas sosial. Hal tersebut tumbuh sebagai akibat reaksi terhadap cara pihak luar memandang golongan itu, atau mungkin golongan itu memang terikat oleh suatu sistem nilai, norma dan adat-istiadat tertentu.




Contoh :
-          Golongan pemuda
-          Golongan sosial dapat juga timbul karena pandangan negatif dari orang-orang lain di luar golongannya ( misal : Golongan gepeng)
c.       Komunitas
Suatu kesatuan hidup manusia, yang menempati wilayah yang nyata dan berinteraksi menurut suatu sistem adat-istiadat, serta yang terikat oleh suatu rasa identitas komunitas dan merupakan pangkal dari perasaan patriotisme dan nasionalisme.
Komunitas merupakan pengertian dari masyarakat dalam arti sempit, karena komunitas bersifat khusus dengan adanya ciri tambahan yaitu ikatan lokasi                 ( dibatasi oleh wilayah geografi).
Contoh : Kesatuan-kesatuan seperti kota, desa, RW, RT, atau masyarakat pengrajin, pedagang, petani.
b.      Himpunan
Kesatuan manusia yang berdasarkan sifat tugas dan atau guna, sifat hubungannya berdasarkan kontrak, dasar organisasinya; organisasi buatan, pimpinan berdasarkan; wewenang dan hukum
Contoh : Organisasi Profesi seperti IDI, IBI, PPNI dll.


  1. Kelompok Sosial Teratur

Kehidupan berkelompok sangat penting artinya terutama bila dikaitkan dengan petugas kesehatan. Dalam melakukan kegiatan serta penyampaian suatu tujuan program kesehatan kepada masyarakat, ia harus memahami betul-betul sifat-sifat dari kelompok serta kehidupan individu dalam kelompok sehingga dapat dimanipulasikan/ditangani sedemikian rupa supaya tujuan yang ingin disampaikan dapat tercapai dengan baik.
Misalnya ;
Seorang bidan yang berperan sebagai koordinator dalam kelompok ibu-ibu/kader kesehatan di masyarakat, pertama-tama harus memahami kehidupan individu-individu dalam kelompok tersebut, karena kader-kader yang ada sudah sepenuhnya berkeinginan untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan yang sudah direncanakan, untuk itu perlu kiranya seorang bidan memahami betul bagaimana strategi sehingga dapat memudahkan proses dalam pencapaian target yang sudah ditentukan.

  1. Kelompok Sosial Teratur :

Kelompok yang dibentuk dengan sengaja atau direncanakan lebih dulu oleh seseorang atau lebih untuk mencapai suatu tujuan.
Misal :
Kelompok ibu yang mempunyai balita dalam suatu wilayah tertentu.
Kelompok ini sengaja dibentuk oleh petugas kesehatan untuk melibatkan secara langsung ibu-ibu yang mempunyai balita, supaya balita dapat tumbuh dan berkembang secara sempurna baik fisik maupun mental.

Ciri-ciri :
a.       Interaksi antar anggota terjalin lebih intensif, lebih erat dan akrab.
b.      Para anggota kelompok sering berdialog.
c.       Sifat interaksi bercorak kekeluargaan dan lebih berdasarkan simpati.
d.      Pembagian kerja berdasarkan kesadaran dan sukarela.
e.       Status kelompok tak resmi ( informal group) karena tak punya AD dan ART.

  1. Kelompok Sosial Tak Teratur

Kelompok yang terbentuk secara spontan oleh orang-orang yang mau berpartisipasi.
Misalnya : Kelompok ibu-ibu di RW atau desa tertentu yang membentuk kelompok arisan, organisasi profesi.
Ciri-ciri :
b.      Antara anggota terpaut saling berhubungan tak langsung, formal, juga kurang bersifat kekeluargaan.
c.       Sifat interaksi, pembagian kerja diatur atas dasar pertimbangan rasional, obyektif berdasarkan keahlian disamping dedikasi untuk mencapai tujuan yang telah disepakati.
d.      Status kelompok resmi ( Formal Group )

B.     Interaksi Sosial

1. Pengertian :
            Suatu hubungan antara dua atau lebih individu dimana kelakuan individu yang satu mempengaruhi, mengubah atau memperbaiki kelakuan individu lain atau kebalikannya ( Dr. Gerungan)
            Proses komunikasi, yaitu proses pengaruh mempengaruhi di dalam masyarakat dengan akibat-akibat terjadinya perubahan dalam masyarakat ataupun proses sosial.        ( Dr. Astrid S. Sutanto)

2. Bentuk Interaksi  Sosial
                          
Manusia Sebagai Individu :
Manusia adalah sebagai makhluk individu dalam arti tidak dapat dipisahkan antara jiwa dan raganya oleh karena itu dalam proses perkembangannya perlu keterpaduan antara perkembangan jasmani maupun rohaninya.
Sebagai makhluk sosial seorang individu tidak dapat berdiri sendiri, saling membutuhkan antara yang satu dengan yang lainnya, dan saling mengadakan hubungan sosial di tengah-tengah masyarakat.

Masyarakat
Adalah adalah kesatuan hidup manusia yang berinteraksi menurut suatu sistem adat-istiadat tertentu yang bersifat kontinyu, dan yang terikat oleh suatu rasa identitas bersama ( Koentjaraningrat)
Jadi masyarakat adalah kelompok manusia yang saling berinteraksi, yang memiliki prasarana untuk kegiatan tersebut dan adanya saling keterikatan untuk mencapai tujuan bersama.

            Hubungan antara individu dengan lingkungan ( Woodworth) ada 4 jenis :

1.      Individu bertentangan dengan lingkungan
2.      Individu memanfaatkan lingkungannya
3.      Individu berpartisipasi dalam kegiatan lingkungannya
4.      Individu menyesuaikan diri dengan lingkungannya

Ad. 1. Individu bertentangan dengan lingkungan

            Keadaan ini dapat dilihat bila individu merasa lingkungannya bertentangan dengan dirinya, mungkin karena norma dan nilai yang dimiliki berbeda dengan norma dan nilai yang berlaku di masyarakat.
Contoh :
            Seorang bidan yang berasal dari perkotaan dengan norma dan nilai masyarakat nya bersifat individualistis,  bertugas di daerah pedesaan dimana masyarakatnya yang bersifat kekeluargaan dan kekerabatan, ia akan merasa segala tingkah lakunya diperhatikan oleh orang disekitarnya.

Ad. 2. Individu memanfaatkan lingkungannya

            Keadaan ini dapat dilihat bila individu merasa bahwa lingkungannya dapat memberikan manfaat bagi perkembangan dirinya.
Contoh ;
Seorang bidan yang bertugas di suatu wilayah dimana masyarakatnya dinamis dan terorganisir dengan baik serta mempunyai peran serta masyarakatnya baik, maka bidan tersebut dapat memanfaatkan situasi setempat dalam menjalankan program kesehatan ibu dan anak.

Ad. 3. Individu berpartisipasi dalam kegiatan lingkungannya

            Seseorang akan berpartisipasi dengan lingkungannya bila ia merasakan manfaatnya bagi diri dan lingkungannya.
Contoh :
Bidan yang berparisipasi dalam kegiatan masyarakat atau organisasi kemasyarakatan yang adda di wilayah kerjanya.

Ad. 4. Individu menyesuaikan diri dengan lingkungannya

            Pada dasarnya individu manusia senantiasa berusaha menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Menyesuaikan diri yang dimaksud dapat dibedakan :

a.       Autoplastic ( pasif)
Yaitu mengubah dirinya sesuai dengan keadaan lingkungannya.
Contoh :
Seorang bidan yang bertugas di pedesaan, ia akan berusaha menunjukkan pola dan cara hidup sesuai dengan norma yang berlaku di masyarakat baik sopan santun, cara berpakaian , dll.
b.      Alloplastic (aktif)
Yaitu mengubah lingkungan sesuai dengan keadaan atau keinginan diri sendiri :
Contoh :
Bidan mengubah perilaku masyarakat terutama ibu hamil untuk memeriksakan kehamilannya sesuai dengan anjuran bidan.

Fungsi Interaksi Sosial
1.      Dapat merangsang kepribadian dan mendorong melakukan perbuatan menurut situasi
2.      Memberikan pandangan atau sikap kepada orang lain.
3.      Dapat menjadi tokoh anutan.
4.      Menimbulkan rasa simpati / perasaan tertarik kepada orang lain.
5.      Mengembangkan sikap positif dan konstruktif.
6.      Dapat menghilangkan hambatan komunikasi
7.      Mencegah salah pengertian
8.      Dapat memecahkan masalah secara bersama untuk mencapai tujuan.




Senin, 26 September 2011

KEARIFAN LOKAL (LOCAL GENIUS)

PEMBERANTASAN DBD  MELALUI KEARIFAN LOKAL MASYARAKAT DI BALI

Upaya pemberantasan penyakit Demam Berdarah dengue (DBD) di kota-kota besar masih menghadapi banyak kendala. Selain penyakit ini belum ditemukan vaksin dan obatnya, dan cara pemberantasan jentik nyamuknya yang belum berjalan dengan baik. Segala strategi  untuk memutuskan penularan penyakit ini telah dilakukan, baik dengan pertimbangan klimatologi maupun perioditasnya. Namun dengan melihat periode dan iklim saja pencegahan terhadap merebaknya penyakit demam berdarah belum cukup.
Berangkat dari kata kearifan lokal ( local genius)yang mengandung makna kebenaran yang telah mentradisi atau ajeg dalam suatu daerah. Kearifan lokal merupakan perpaduan antara nilai-nilai suci firman Tuhan dan berbagai nilai yang ada. Kearifan lokal terbentuk sebagai keunggulan budaya masyarakat setempat maupun kondisi geografis dalam arti luas. Kearifan lokal merupakan produk budaya masa lalu yang patut secara terus-menerus dijadikan pegangan hidup. Meskipun bernilai lokal tetapi nilai yang terkandung di dalamnya dianggap sangat universal ( I Ketut Gobyah dalam  Sartini Menggali Kearifan Lokal Nusantara Sebuah Kajian Filosofi).
     Berdasarkan hal tersebut maka kearifan lokal dalam hal ini adalah sebuah tradisi yang ada dalam masyarakat yang mampu beradaftasi secara dinamis ditengah perkembangan masyarakat. Dalam hal pengembangan program kesehatan, pemerintah telah memberikan keleluasaan daerah untuk menanggulangi permasalahan kesehatan yang ada di daerahnya sesuai dengan kemampuannya. Hal ini menunjukkan bahwa telah tersirat upaya pemberdayaan masyarakat yang merupakan salah satu strategi dalam promosi kesehatan.
Upaya pemberdayaan masyarakat dapat dilakukan adalah dengan penyuluhan perorangan, penyuluhan kelompok, membuat gerakan berperilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dan melakukan kegiatan bersama untuk mempraktikan PHBS, PSN-DBD dan sebagainya. Langkah –langkah kegiatan pemberdayaan masyarakat meliputi mengadakan pertemuan, mengembangkan pesan-pesan promotif dan preventif sesuai dengan kondisi setempat.
.   
Kegiatan dalam rangka promosi kesehatan untuk Pemberantasan Penyakit Demam Berdarah dengan memperhatikan kearifan lokal masyarakat di Bali dapat dikembangkan sebagai berikut
A. Meningkatkan Peran Serta Masyarakat dalam PSM
     Gerakan PSN-DBD adalah keseluruhan kegiatan masyarakat dan pemerintah untuk mencegah penyakit DBD, yang disertai pemantauan dan hasil-hasilnya secara tersu-menerus. Gerakan PSN-DBD merupakan bagian terpenting dari keseluruhan upaya pemberantasan penyakit DBD, dan merupakan bagian dari upaya mewujudkan kebersihan lingkungan serta perilaku sehat dalam rangka mencapai masyarakat dan keluarga sejahtera.
     Gerakan PSN-DBD bertujuan untuk membina peran serta masyarakat dalam pemberantasan penyakit DBD, terutama dalam memberantas jentik nyamuk penularnya, sehingga penularan penyakit DBD dapat dicegah.  Upaya ini dalam masyarakat Bali bisa dilakukan dengan :
1. Pendekatan tokoh panutan di masyarakat
Pengaruh desa adat  (desa pekraman) dan budaya begitu dominan dalam kehidupan masyarakat di Bali.  Hampir setiap hari masyarakat disibukkan dengan kegiatan keagamaan dan upacara adat diwilayahnya masing-masing. Hal ini merupakan potensi dalam upaya menggali peran serta masyarakat. Potensi yang dapat kita ambil adalah pengaruh tokoh adat   ( Bendesa Adat ) yang merupakan perilaku panutan yang ada di masyarakat. Dalam penyampaian pesan-pesan kesehatan terutama dalam pemberantasan sarang nyamuk, kita dapat mendekati bendesa adat untuk menginformasikan serta menggerakan masyarakat dalam pencegahan penyakit DBD.
2. Pendekatan Sosial Budaya
Berbagai potensi sosial budaya yang ada dalam masyarakat Bali  perlu ditumbuhkembangkan kembali  seperti mereresik (membersihkan lingkungan), konsep Tri Hita Karana, Konsep Asta Bumi dan Asta Kosala-Kosali, pemanfaatan telajakan, Seni Taradisional, serta konsep hulu dan teben.
a. Mereresik (membersihkan lingkungan)
Mereresik merupakan kegiatan masyarakat sehari-hari dalam usaha membersihkan lingkungan rumahnya. Pada pagi hari sebelum mebanten saiban yaitu berupa sesaji sebagai wujud terima kasih karena telah diberi kehidupan serta rasa syukur kepada Ida Sang Hyang Widhi (Tuhan Yang Maha Esa),  biasanya ibu-ibu melaksanakan pembersihan disekitar lingkungan rumahnya.
Hal ini perlu kita kembangkan yaitu dengan melaksanakan lomba Rumah Tangga Bersih, Lomba Lingkungan Bersih. Kenapa kita lakukan dengan kegiatan lomba? Karena ada nilai  yang dimilik oleh orang-orang Bali yaitu memiliki rasa jengah . Rasa Jengah adalah  suatu nilai motivasi dimana ada keinginan untuk  mencapai sesuatu yang lebih baik ( Orang lain bias kenapa kita tidak bisa). Dengan membangkitkan rasa jengah ini kita dapat mendorong masyarakat untuk membersihkan lingkungannya sendiri.
b. Konsep Tri Hita Karana
Tri Hita Karana berarti tiga penyebab kebahagiaan yaitu Pawongan, Palemahan, dan Parahyangan.
Pawongan yaitu hubungan antara manusia dengan manusia. Manusia tidak dapat hidup sendiri didunia ini, dia membutuhkan orang lain. Manusia perlu hubungan yang harmonis dengan sesamanya, dari sini timbul istilah Tat Twam Asi ( Saya adalah kamu, kamu adalah saya). Dengan konsep ini menimbulkan rasa solidaritas (menyame braya) dan rasa kegotongroyongan masyarakat Bali sangat tinggi. Bila salah satu kerabat maupun keluarganya yang mengalami sakit maupun musibah, maka mereka akan ikut prihatin dan berusaha menolong semampunya. Hal ini bisa dilihat dalam kehidupan sehari-hari, bila ada warga satu banjar yang sakit dan opname, maka mereka akan menjenguknya silih berganti. Masing-masing warga akan terkumpul dalam suatu wadah yang disebut Sekehe Suka-Duka yaitu suatu kumpulan yang menitikberatkan kegiatannya untuk meringankan anggota kelompoknya apabila terkena suatu musibah atau melaksanakan suatu upacara yadnya.
Palemahan, hubungan antara manusia dengan alam. Manusia sangat tergantung dengan alam sekitarnya. Alam menyediakan keperluan hidup manusia, sehingga kewajiban kita untuk menjaga alam ini agar tidak rusak. Hal ini mempunyai makna perlu adanya keseimbangan antara Host-Agent-Environment (trilogical epidemiology). Bila lingkungan kita kotor, sehingga sebagai tempat yang baik untuk perindukan dan perkembangbiakan nyamuk Aedes aegypti, maka timbullah penyakit seperti Demam Berdarah.
Parahyangan yaitu hubungan antara manusia dengan Tuhan (Sang Hyang Widhi), karena manusia ciptaan Tuhan, maka kita wajib hormat dan ingat selalu kepada beliau dengan cara rajin sembahyang. Sebelum sembahyang masyarakat Bali biasanya membersihkan diri dan lingkungan lebih dulu, sehingga hal ini merupakan potensi dalam menggali peran serta masyarakat dalam membersihkan lingkungannya.
c. Konsep Asta Bumi dan Asta Kosala-Kosali (Tata Ruang dan Bangunan)
Tata ruang dan tata bangunan masyarakat Bali memakai konsep Asta Bumi dan Asta Kosala-Kosali. Tata letak rumah dan struktur bangunannya diatur sedemikian rupa sehingga memberikan kesan indah, asri, nyaman dan aman bagi pemiliknya. Konsep rumah sehat ini di masyarakat Bali dikenal dengan bangunan setail Bali. Konsep ini memberikan makna, bahwa masyarakat Bali memiliki konsep bahwa rumah tersebut untuk tempat berlindung, sehingga pemiliknya merasa sehat dan nyaman untuk tinggal. Dengan pendekatan ini kita dapat lebih mudah dalam mewujudkan kebersihan lingkungan.
d. Telajakan
Telajakan adalah lahan sempit yang kosong biasanya terdapat didepan rumah, dipinggir jalan umum maupun jalan setapak. Supaya tidak menjadi tempat pembuangan sampah maka telajakan ini dimanfaatkan untuk menanam berbagai macam tanaman hias dan bunga, karena bunga merupakan salah satu sarana sembahyang. Dengan demikian masyarakat akan segan untuk membuang sampah pada tanaman yang tertata rapi.
Belakangan ini telajakan ini sudah banyak yang beralih fungsi, seperti untuk berdagang sehingga kelihatan semakin kumuh, apalagi membuang sisa pembungkus makanan sembarang. Pada era tahun 1980 sampai dengan 1990an, di Bali sering ada lomba telajakan tingkat banjar, maupun tingkat kecamatan. Sehingga pada era tahun ini Bali termasuk provinsi yang belum begitu banyak kasus demam berdarahnya.
e. Kesenian tradisional
Meskipun dewasa ini kesenian modern mengantui masyarakat Bali, namun seni tradisional tetap tumbuh dan berkembang serta mampu bersaing.  Seni pertunjukkan seperti wayang kulit, Arja (Sejenis operet), Bondres, Drama Gong, dan lain sebagainya, merupakan media yang potensial dalam memasukkan pesan-pesan kesehatan kepada masyarakat. Hal ini dikarenakan masyarakat Bali tidak bisa lepas dari seni, karena seni merupakan bagian dari upacara keagamaan.
f. Konsep Hulu – Teben
Hulu yaitu utama, pertama, pokok, sedangkan teben yaitu paling bawah, nista.
Konsep ini memberikan kepada kita bahwa pekarangan rumah adat di Bali mempunyai konsep hulu yaitu tempatnya tempat ibadah (merajan, sanggah, pura, paibon) kemudian Madya (Tengah), sebagai tempat untuk membina rumah tangga/keluarga , sedangkan Teben sebagai tempat untuk memelihara ternak maupun kotoran.
Konsep ini merupakan potensi bahwa tempat kita untuk membina rumah tangga agar jauh dari tempat-tempat yang kotor, sehingga seisi rumah merasa nyaman, aman dan sehat.
3. Membangun Kemitraan
Melibatkan berbagai sektor, kelompok masyarakat, lembaga pemerintah maupun bukan pemerintah, untuk bekerjasama dalam mencapai suatu tujuan bersama berdasarkan kesepakatan prinsip dan peranan masing-masing. Hubungan (kerjasama) antara dua pihak atau lebih, berdasarkan kesetaraan, keterbukaan dan saling menguntungkan (memberikan manfaat). Kita dapat bermitra dengan Lembaga adat tradisional ( Bendesa adat), Organisasi wanita (PKK), Organisasi Pemuda (Sekehe Teruna-Teruni) ataupun komponen pemerintah maupun swasta dan masyarakat lainnya.
Tujuan kemitraan PSN-DBD ini adalah meningkatkan percepatan, efektifitas dan efisiensi program Pemberantasan Penyakit Menular dan upaya kesehatan masyarakat pada umumnya. 
Kemitraan dapat memberikan kekuatan kepada masing-masing pihak dalam melaksanakan misinya dengan ketentuan harus adanya keadaan saling mengerti tentang mengapa kemitraan diperlukan; serta harus ada kesemaan dan kesepakatan Visi dan Misi, mempunyai komitmen bersama untuk menanggulangi masalah penyakit DBD secara bersama-sama.
Prinsip yang harus dikembangkan dalam kemitraan PSN-DBD ini adalah adanya kesetaraan dalam arti tidak ada atas bawah  (hubungan vertikal), tetapi sama tingkatnya (horiozontal), keterbukaan dan saling menguntungkan.
     Melihat beberapa kearifan lokal yang ada di masyarakat Bali seperti tersebut, semoga dapat dijadikan dalam pengembangan program kesehatan ditengah semakin merebaknya kasus-kasus penyakit dewasa ini. (Supardiyadnya)

Sabtu, 24 September 2011

P3K

PRINSIP PERTOLONGAN PERTAMA PADA KECELAKAAN KERJA



Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (First Aids) di tempat kerja adalah usaha pertolongan atau perawatan darurat pendahuluan di tempat kerja yang diberikan kepada seseorang yang mengalami sakit atau kecelakaan yang mendadak. First Aids tidak menggantikan pertolongan medis oleh yang berwenang, akan tetapi  hanya secara sementara (darurat) membantu penanganan korban sampai tenaga medis diperlukan,didapatkan atau sampai ada perbaikan keadaan korban.Bahkan sebagian besar kecelakaan atau kesakitan hanya memerlukan pertolongan pertama saja.
Tujuan pertolongan pertama pada kecelakaan kerja adalah:
1. Menyelamatkan jiwa di tempat kerja.
2. Menciptakan lingkungan yang aman ditempat kerja.
3. Mencegah yang terluka atau sakit menjadi lebih buruk di tempat kerja.
4. Mencegah kecacatan di tempat kerja
5. Mempercepat kesembuhan atau perawatan penderita setelah dirujuk ke rumah sakit.
6. Melindungi korban yang tidak sadar
7. Menenangkan penderita atau korban yang terluka di tempat kerja.

Memgingat keseriusan potensial bahaya dari berbagai kecelakaan, maka peranan Pemberi Pertolongan pertama (First Aider) sangat penting. Dalam pengelolaan korban kecelakaan First Aider bertanggung jawab terhadap beberapa hal seperti dibawah ini:
  1. Mengevaluasi keadaan tanpa membahayakan orang lain termasuk dirinya sendiri
  2. Mengidentifikasi kondisi yang diderita oleh korban.
  3. Memberikan pertolongan segera, tepat dan memadai, dengan mengingat bahwa korban bisa saja mengalani lebih dari satu cedera, dan bahwa korban yang satu lebih perlu diperhatikan daripada yang lainnya
  4. Jangan menunda-nunda pengiriman korban ke tenaga medis atau rumah sakit sesuai tingkat keseriusan korban setelah diberikan pertolongan pertama seperlunya.
      Jadi sekali lagi ditekankan bahwa keselamatan jiwa adalah yang utama
Untuk menyelamatkan jiwa, maka pertolongan pertama pada kecelakaan kerja harus diprioritaskan pada usaha :

!.  Memelihara jalur udara bebes masuk sistem pernafasan (Airway).
2. Memulihkan kembali fungsi sistem pernafasan (Breathing).
3. Memulihkan kembali fungsi system sirkulasi darah yang cukup (circulation)
      
       Ketiga aspek tersebut penting sebagai kebutuhan vital untuk mempertahankan hidup.
       Secara ringkas prioritas tindakan pertolongan pertama adalah “tanganilah ABC-nya dulu”.
          A=airway/jalan nafas
          B=breathing /pernafasan
          C=circulation/sirkulasi darah

          Perlu diingat bahwa sebelum memberikan pertolongan pertama pada kecelakaan harus dihindari jangan sampai kita sendiri atu orang lain malahan jadi korban berikutnya. Kita tidak akan dapat memberikan pertolongan apabila kita sendiri tidak aman, atau pertolongan akan berhasil bila keadaan telah aman pula.


TAHAP KEDARURATAN PENYELAMATAN JIWA DALAM PERTOLONGAN PERTAMA

Pada setiap kecelakaan di tempat kerja pemberi pertolongan pertama harus bertindak cepat , tepat dan seksama. Secara umum tahap yang harus dikerjakan dalam memberikan pertolongan adalah :

1. Nilailah pernafasan. Bila ada tanda berhenti nafas atau nafas lemah maka berikan
    pertama kali pernafasan buatan.
2. Jangan memindahkan korban. Letakkan korban terlentang diatas alas yang keras.
3. Hentikan perdarahan. Lakukan penekanan langsung diatas luka dengan kompres atau
    genggaman tangan bila perlu.
4. Pertahankan korban tetap hangat (tapi tidak kepanasan) untuk mencegah syok.
5. Jangan beri apapun lewat mulut bila korban tidak sadar atau setengah sadar.
6. Tenangkan kondisi korban dengan cara yang tepat dan penolong harus dalam keadaan
     tenang pula.
7. Dapatkan informasi untuk tenaga medis: nama korban, alamat, riwayat kecelakaan.
8. Dapatkan bantuan medis dengan cepat. Temanilah korban, bila mungkin minta orang
    lain menghubungi siapa saja untuk mendapatkan pertolongan.